
Snorkeling(Skin Diving)
Snorkeling
merupakan kegiatan dasar yang harus dikuasai seorang calon penyelam.
Ini bertujuan untuk melatih pernapasan menggunakan mulut dan gerakan
kaki yang berguna pada saat penyelam.
Yang harus diperhatikan dalam snorkeling yaitu:
1. Dead Air Space
Pada
umumnya snorkel yang dipakai penyelam tidak lebih dari 30 cm
panjangnya. Hal ini untuk menghindari Dead Air Space atau volume ruang
udara mati yang mengakibatkan udara hanya bergerak di daerah itu saja
dan tidak ke lingkungan bebas. Sehingga bertambah panjang snorkel akan
bertambah besar ruang udara mati.
2. Kekurangan Oksigen (Hypoksia)
Seorang
penyelam skin yang berusaha menahan napas untuk dapat berada di dalam
air lebih lama, apabila dipaksakan mengakibatkan penyelam akan mengalami
kekurangan oksigen (anoksia) sehingga jaringan tubuh tidak mendapat O2.
3. Shallow Water Blackout
Pingsan
di air dangkal. Hal ini dikarenakan penyelam melakukan hiperventilasi
berlebih sehingga kadar karbondioksida menurun tajam dan selama
penyelaman tubuh mengalami hipoksia sedangkan respon/keinginan tubuh
untuk bernapas belum ada.
Hiperventilasi
adalah upaya penyelam untuk memperpanjang tahan napas pada skin diving
dengan bernapas dalam dan berlebihan. Hal ini dilakukan penyelam skin
untuk bertahan napas lebih lama dengan mengurangi/membuang gas CO2.
Sebenarnya cara ini berbahaya karena jika kadar CO2 turun, maka tidak
akan terjadi perangsangan untuk bernapas ke permukaan.
Penyelam
skin yang melakukan over hiperventilasi di permukaan dan kemudian
menyelam pada kedalaman 10 feet (10 m) akan mengalami peningkatan
tekanan parsial O2 dalam darah dari 3 psi ke 6 psi. Bila diteruskan ke
yang lebih dalam lagi sehingga melewati batas dimana CO2 telah
memberikan peringatan untuk muncul. Dikarenakan CO2 kurang saat
hiperventilasi, sedangkan O2 yang digunakan sudah pada titik rendah ½
psi yang pada akhirnya CO2 menumpuk hingga batasnya dan penyelam akan
muncul ke permukaan.
Sesampainya
di permukaan, peredaran darah menurun dan O2 menjadi nol, maka
akibatnya akan pingsan dekat permukaan. Biasanya penyelam pingsan karena
anoxia (kehabisan O2). Gejalanya yaitu denyut nadi dan tekanan darah
meningkat, biru pada bibir, jari dan kaki, serta pingsan. Segera berikan
udara segar/O2 murni dan jika pingsan berikan pernapasan mulut ke
mulut. Untuk itu bila penyelam melakukan snorkeling/ skin diving,
bernapas dalam dua kali sudah cukup untuk menyelam secara efisien.
Jangan melakukan hiperventilasi dan hindari menahan napas melewati
peringatan CO2. Untuk penyelam scuba jangan melakukan hiperventilasi.
4. Squeeze Paru
Merupakan
barotrauma yang sangat jarang yang bisa terjadi pada breath hold
diving/skin diving. Penyelam mengalami sesak napas setelah mencapai
permukaan dari kedalaman > 100 FSW. Dapat disertai dengan batuk
berdarah/berbuih dan harus diberikan oksigen. Gejala tersebut menurun
dalam beberapa hari.
Hal
ini terjadi ketika penyelam turun ke kedalaman dimana Volume Total Paru
(TLV) berkurang kurang dari Volume Residu (RV), pada poin itu tekanan
transpulmonal melebihi tekanan alveoli, hal ini akan menyebabkan
pengeluaran cairan dan darah membuat penyelam sesak napas.
Penyelam
normal dengan TLV 6 liter dan RV 1,2 L hanya dapat menyelam hingga
tekanan 5 ATA (132 FSW) , lebih dalam dari itu akan mengalami squeeze
paru. Akan tetapi beberapa penyelam dapat menyelam lebih dari itu tanpa
masalah.
SCUBA Diving
Efek dan Bahaya Perubahan Tekanan pada Tubuh
Karena
adanya perbedaan tekanan di kedalaman air, maka penyelam yang menyelam
ke dalam akan mengalami efek langsung tekanan air. Untuk itu diperlukan
equalisasi yaitu penyesuaian tekanan.
1. Efek Langsung Tekanan
Pada
tubuh manusia terdapat rongga-rongga udara dan apabila untuk menyelam
akan mengalami tekanan langsung yang dapat berpengaruh terhadap
rongga-rongga tersebut. Rongga tersebut yaitu kulit (jika memakai dry
suit), lubang telinga dan telinga tengah, sinus, gigi, paru-paru, dan
saluran pencernaan. Ketidakseimbangan tersebut akan menyebabkan
barotrauma yang dapat berupa squeeze, kerusakan organ, atau minimal
menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Squeeze adalah pengerutan
jaringan tubuh akibat dari tidak dapatnya jaringan tubuh menyamakan
tekanan atau equalisasi.
Mask Squeeze
Terjadi
pada saat penyelam lupa mengeluarkan udara ke dalam masker pada saat
equalisasi sehingga terbentuk tekanan negatif pada ruangan masker. Hal
ini mengakibatkan kapiler darah di muka rusak dan menyebabkan pendarahan
ke dalam kulit (ecchymosis) dan pendarahan konjungtiva.
Squeeze Lubang Telinga
Terjadi karena adanya udara yang terperangkap di dalam lubang telinga. Udara tersebut dapat terperangkap karena:
- Serumen (kotoran telinga).
- Earplug (tidak boleh dipakai dalam penyelaman)
- Hood atau penutup kepala.
- Wet suit/dry suit yang menutup telinga.
Hal
ini menyebabkan terbentuknya ruang bertekanan negatif sehingga dapat
menyebabkan hal yang sama. Gejala meliputi sakit pada telinga,
pembengkakan, kemerahan kulit lubang telinga. Pada kasus yang parah
dapat terjadi robek gendang telinga.
Squeeze Sinus (Barosinusitis)
Mekanismenya
sama dengan squeeze lain. Jika pada saat turun ke dalam. Jika terdapat
sumbatan pada saluran sinus akan menyebabkan sinus squueze. Sumbatan ini
disebabkan oleh:
- Sinusitis (infeksi/alergi) dimana pembengkakan jaringan menyebabkan penyumbatan saluran ke hidung.
- Rhinitis (hay fever), prosesnya sama dengan sinusitis.
- Polip, yaitu pertumbuhan jaringan kecil yang dapat menutupi saluran sinus. Polip terdapat pada rongga hidung.
- Lipatan jaringan yang berlebihan.
- Sumbatan oleh lendir yang mengering.
Gejalanya yaitu rasa sakit di wajah, kening, atau pipi selama menyelam.
Tipe yang jarang yaitu reverse sinus squeeze
yang terjadi pada saat naik ke permukaan. Kondisi ini diakibatkan
karena tingginya tekanan udara dalam sinus. Ini biasanya terjadi pada
penyelam yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas atau alergi
berat yang minum obat dekongestan (mengurangi produksi cairan) sesaat
sebelum menyelam, tetapi efek obat tersebut hilang setelah menyelam di
kedalaman.
Pencegahan
barosinusitis atau squeeze sinus yaitu dengan tidak menyelam pada saat
terkena infeksi saluran napas atas atau hal-hal lain yang dapat
mengakibatkan penutupan saluran sinus.
Squeeze Gigi (Barodontalgia)
Nama
lainnya yaitu aerodontalgia. Kondisi ini disebabkan karena adanya gas
yang terperangkap di dalam gigi atau struktur sekitar gigi. Adanya gas
akan mengakibatkan terbentuknya tekanan negatif atau positif di dalam
ruangan yang terbatas. Hal ini akan merangsang struktur sensitif gigi
danmengakibatkan rasa sakit. Barodontalgia dapt disebabkan oleh kondisi
sebgai berikut.
- Karies (karang gigi).
- Restorasi gigi (penambalan gigi).
- Luka di daerah mulut.
- Cabut gigi (belum lama).
- Abses periodontal (kumpulan nanah dekat jaringan gigi).
- Terapi pada akar gigi.
Jika
terdapat sekumpulan udara tertangkap di gigi pada tekanan permukaan
laut, tekanan di luar gigi akan meningkat pada penyelaman, maka gigi
akan pecah ke arah dalam, dan ruangnya akan terisi darah. Kebalikannya,
jika kumpulan udara terbentuk selama di kedalaman, jika bergerak ke
permukaan volumenya akan meningkat sesuai hukum Boyle yang mengakibatkan
gigi pecah ke arah luar. Untuk mencegah barodontalgia, setiap penyelam
harus menunda penyelaman sedikitnya 24 jam setelah terapi/tindakan pada
gigi.
Squeeze Telinga Tengah (Barotitis Media)
Tingkat kejadian squeeze telinga tengah sangat tinggi sekitar 40 % dialami oleh para penyelam.
Hal
ini terjadi jika terdapat sumbatan yang menghalangi equalisasi rongga
di telinga tengah yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran tuba
eustachius.
Tersumbatnya saluran tuba eustachius dapat disebabkan oleh:
- Infeksi saluran napas atas.
- Allergi.
- Rokok.
- Polip.
- Trauma wajah yang dialami sebelumnya.
Dapat juga terjadi jika penyelam lupa melakukan equalisasi dengan cara Manuver Valsava dan Frenzel.
- Manuver
Valsalva yaitu meniup udara melawan dengan bibir dan hidung
tertutup dan lidah ke arah belakang untuk meningkatkan tekanan
rongga faring yang diteruskan ke dalam telinga tengah melalu tuba
eustachius. Manuver ini juga dapat membuka tuba eustachius yang
tertutup. Biasa disebut mengedan.
- Manuver
Frenzel yaitu dengan menelan dengan lidah ke belakang dimana bibir
ditutup dan lubang hidung di tekan (memencet hidung).
Biasanya
penyelam sudah mengalami sedikit rasa sakit pada perbedaan tekanan 60
mmHg. Manuver ini baik dilakukan pada kedalaman 4 feet. Jika penyelam
tidak melakukan equalisasi dengan manuver ini pada perbedaan tekanan
lebih dari 100-400 mmHg (4,3-17,4 feet) maka akan terjadi squeeze yang
dapat mengakibatkan robek gendang telinga. Air dingin kemudian masuk ke
telinga tengah dan menyebabkan vertigo. Gejalanya terjadi sesaat
penyelam turun dari permukaan air. Penyelam juga mengeluh rasa sakit dan
rasa penuh dalam telinga atau mengalami vertigo. Sakitnya semakin parah
sehingga penyelam dapat meneruskan atau menghentikan
penyelaman. Pencegahannya dengan selalu equalisasi setiap turun ke
kedalaman.
Barotrauma Telinga Dalam
Merupakan
barotrauma yang sangat serius karena akan menyebabkan ketulian
permanen. Barotaruma ini jarang terjadi. Trauma ini terjadi karena
perbedaan tekanan yang bermakna antara telinga tengah dan telinga dalam.
Hal ini disebabkan terlalu kuatnya manuver Valsava atau turun ke dalam
terlalu cepat.
Gejalanya
utama yaitu berdenging, vertigo, dan tuli. Dapat juga disertai rasa
penuh pada telinga, mual dan muntah, berkeringat, dan pucat. Gejala ini
bisa timbul segera setelah trauma atau dapat berkembang dalam 1 jam,
tergantung aktivitas penyelam selama dan sesudah penyelaman.
Alternobaric Vertigo
Merupakan
barotaruma yang sangat jarang. Terjadi pada saat naik ke permukaan yang
disebabkan karena perubahan tekanan tiba-tiba pada telinga tengah yang
menyebabkan perangsangan ke telinga dalam dan menyebabkan vertigo.
Vertigo ini hanya sebentar dan tidak memerlukan penanganan dapat membuat
penyelam panik, yang dapat mengakibatkan tenggelam, kerusakan paru,
atau emboli udara, atau trauma lain yang sangat serius.
Gejalanya yaitu kehilangan orientasi terhadap sekeliling dan tiba-tiba mual sekali. Pencegahannya yaitu:
- Jangan memaksakan diri bilamana rasa sakit menetap.
- Jangan melakukan penyelaman terlalu dalam dan hentikan penyelaman.
- Jangan menyelam sewaktu kepala sakit/pusing.
Bila
mengalami hal ini berhenti atau berpegang pada sesuatu sampai perasaan
itu hilang. Jangan muncul kepermukaan selama masih ada reaksi dan
bernapas dengan wajar.
Aerogastralgia (Gastrointestinal Barotrauma)
Hal
ini sering terjadi pada penyelam yang masih baru. Karena saluran
pencernaan lunak, adanya gas di dalam usus selama turun ke dalam tidak
menyebabkan barotaruma. Tetapi adanya pengumpulan gas selama di
kedalaman akan menyebabkan barotrauma pada saat naik. Hal yang
mengakibatkannya yaitu:
- Manuver
Valsava yang berlebihan, atau yang berulang-ulang terutama pada
posisi kepala di bawah yang mengakibatkan udara terdorong ke
lambung.
- Mengunyah permen karet selama penyelaman.
- Memakan banyak ubi-ubian atau minum minuman berkarbonasi sesaat sebelum menyelam.
Gejalanya
yaitu rasa penuh pada perut, sakit pada perut, sering bersendawa, atau
buang angin. Hal yang serius jika terjadi perangsangan saraf yang
menyebabkan jantung lemah berkontraksi dan penekanan pada vena oleh
usus, tapi hal ini jarang.
Squeeze Kulit
Squeeze
kulit jarang terjadi. Jika pada area kulit penyelam ada kumpulan udara
yang terperangkap pada lipatan/lekukan dry suit. Selama penyelaman
tekanan negatif terjadi pada area tersebut, sehingga menyebabkan
pembuluh darah kapiler kulit pecah dan darah keluar mengisi ruang
tekanan negatif. Kulit berwarna kemerahan. Tidak memerlukan perawatan
dan sembuh dalam beberapa hari/minggu.
Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan
Pengembangan Paru Melewati Batas, Pulmonary Barotrauma of Ascent (Pulmonary OverPressurization Syndrome) atau POPS
Pengembangan
melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada penyelam yang menyelam
yang melewati tekanan lebih, dengan menahan napas tiba-tiba muncul di
permukaan yang lebih rendah, yang akan memecahkan alveoli (ingat hukum
Boyle).
Gelembung
akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain dan gejalanya
tergantung dari lokasi dan volume udara yang masuk. Manifestasinya
yaitu:
- Mediastinal emphysema
- Subcutaneous emphysema
- Pneumothorax
- Emboli udara
Biasanya
penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara, panik, mengalami
bouyancy positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk pemberat atau
inflasi BC secara cepat.
Hal
ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan tidak boleh
menahan napas saat muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk penyelam
yang memakai peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema
Manifestasi
pengembangan paru yang melewati batas yang paling sering yaitu
mediastinal emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah, masuk ke
rongga antara paru-paru di dekat jantung dan tenggorokan. Gejalanya
yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung, sesak napas,
atau sakit pada saat makan. Dapat pula pingsan. Penanganannya yaitu
konservatif, meliputi istirahat, pemberian oksigen, sedangkan
rekompressi dilakukan jika sangat parah. Hindari penerbangan selama fase
penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema
Dari
daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak naik ke daerah
leher, di bawah kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka kulit terasa
pecah.
Gejalanya
yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena, napas pendek
dan cepat, udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah menyebabkan
kebiruan.
Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan jarum dibawah pengawasan ahli.
Pneumothorax
Jarang
sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti meletus
dan gelembung udara langsung memenuhi rongga udara antara paru-paru dan
selaput paru (pleura).
Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang terkena.
Dalam
kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu pneumothorax
yang sangat besar dan membuat paru-paru yang terkena kolaps karena
tekanan yang tinggi. Ini merupakan keadaan darurat. Gejalanya yaitu
sakit dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu paru yang
terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea menjadi tidak
lurus. Biasanya terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.
Penangan
yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum dilakukan rekompressi
maka udara yang ada di rongga dada harus dikeluarkan dengan memasukkan
jarum oleh atau dengan pengawasan ahli.
Emboli Udara
Adalah
pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk dalam peredaran
darah, akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh
gelembung-gelembung udara langsung dari paru-paru. Misalnya, jika
penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara dalam paru mengembang 4
kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka menekan paru dan alveoli
pecah bersaamaan dengan pecahnya pembuluh darah. Udara terbawa ke
kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri, kemudian di pompa kesuluruh
tubuh lewat arteri. Adanya kumpulan udara dalam arteri akan membentuk
sumbatan sehingga jaringan kekurangan oksigen. Jika otak mengalami hal
tersebut maka akan berakibat kematian.
Gejalanya
yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat, gangguan
penglihatan, nyeri dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang disertai
busa bercampur darah di mulut.
Penanganannya adalah sebagai berikut.
- Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada bagian kiri badannya.
- Gunakan
oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan
gelembung-gelembung udara dan memberikan suplai oksigen ke otak.
- Masukkan
ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk mengurangi
besarnya gelembung-gelembung sehingga melancarkan peredaran darah
ke otak.
Pencegahan
emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara wajar saat memakai
peralatan scuba dan tidak menahan napas saat muncul ke permukaan,
keluarkan napas secara terus menerus. Napas harus dikeluarkan minimal 10
feet terakhir dari permukaan.
Efek Tidak Langsung Tekanan
okygen Toxicity (Keracunan Okisgen)
Oksigen
merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme. Oksigen yang
dihirup adalah 1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila campuran gas yang
dihirup terdiri dari O2 20 % maka oksigen yang terpakai oleh tubuh
adalah hanya 4 % nya sedangkan 16 % dihembuskan. Meskipun dibutuhkan
oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial oksigen menyebabkan keracunan.
Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan yang tinggi pada penyelaman
meningkatkan tekanan parsial oksigen.
Pada
kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup tekanan O2 1 ATA
atau O2 100 % seperti menghirup udara murni di permukaan. Oksigen yang
tinggi menyebabkan terlalu cepatnya proses metabolisme, merusak protein
tubuh dan syaraf. Hal dapat terjadi pada penyelam yang menggunakan
Nitrox.
Manifestasi
gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat bernapas, pada
sistem saraf pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka sekitar
bibir, gangguan penglihatan, mual, banyak berkeringat dan kejang.
Apabila terjadi di air maka berakibat fatal. Penanganannya dengan
diberikan udara segar, jangan oksigen murni. Oleh karena itu jangan
menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa yang bersih bukan O2
murni.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)
Merupakan
bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di permukaan
nitrogen merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia tidak
bercampur dalam darah.
Nitrogen
melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan udara aman untuk
bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh karena inert. Maka
dengan inilah alasan utama mengapa penyelam scuba bila muncul ke
permukaan harus perlahan.
Sesuai
dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat saat menyelam.
Nitrogen memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan) yang
meningkatkan kepercayaan diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian
situasi sehingga menyebabkan teknik menyelam kacau yang bisa fatal bagi
penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi setelah
kedalaman 100 feet semua penyelam akan mengalami keracunan.
Pada
penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan, euforia,
perasaan gamang, dan kelainan sensorik. Gejala memburuk jika semakin
dalam. Pada kedalaman 100 FSW, penyelam semakin keracunan, dengan gejala
berkurangnya penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan reflek yang
menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi lihat dan
dengar dan pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada kedalaman 400
FSW. Hal ini sering disamakan dengan minum Martini (minuman alkohol).
Oleh karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh
menyelam lebih dari 100 FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam gunakan
Heliox.
Jika
terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke permukaan
dan istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala menghilang.
Hindari menyelam terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri dan pelajari
gejala-gejala tersebut.
Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)
Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi dimana
terbentuknya gelembung udara di dalam darah tanpa mengalami pecahnya
alveoli paru. Gejalanya lambat dibanding emboli, karena gas ini
terbentuk di pembuluh darah yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan
secara perlahan.
Pencegahannnya:
Menyelam menggunakan tabel dekompressi . Angkatan Laut dan penyelam
komersil seluruh dunia telah membuat tabel selam berdasarkan kalkulasi.
Oleh karena itu setiap penyelam harus bisa membac tabel selam. Yang
dipakai umumnya adalah U.S. Navy Standard Air Decompression Tables .
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar